Rabu, 07 Juli 2010

AT. Mahmud wafat di tengah hilangnya Lagu Anak-anak

Ambilkan bulan bu…

Ambilkan bulan bu…

Yang selalu bersinar dilangit...

Dilangit bulan benderang..cahyanya sampai ke bintang...

Ambilkan bulan bu untuk menerangi tidurku dimalam gelap...

Siapa yang tidak kenal dengan lagu ini. Lagu karya seniman besar AT. Mahmud. Hampir semua anak-anak Indonesia melewati masa sekolah dasarnya dengan lagu ini. Indah, menarik dan sesuai dengan masa kecil kita. Tak ada satupun anak indonesia yang melewatkan masa sekolahnya tanpa lagu ini.

Mendengarkan lagu ”ambilkan bulan” mengingatkan kita akan masa kecil yang indah, masa kanak-kanak yang menyenangkan saat dalam belaian bunda. Saat tidur dalam pelukan ibunda tercinta.

Atau simaklah lagu di bawah ini:

Pelangi-pelangi alangkah indahmu

Merah kuning hijau dilangit yang biru

Pelukismu agung siapa gerangan

Pelangi-pelangi ciptaan tuhan...

Sebuah lagu yang asyik, mudah diingat dengan lirik-lirik sederhana nan penuh makna. Terasa indah didengar saat nyanyian itu keluar dari bibir mungil anak-anak. Lebih menggemaskan rasanya saat mereka menyanyikan lagu ini dibandingkan menyanyikan lagu-lagu dewasa yang belum cukup umur untuk mereka konsumsi dan belum dapat dicerna dengan baik oleh pikiran polos anak-anak. Kemudian coba simak larik-larik lagu berikut :

Libur tlah tiba

Libur tlah tiba

Libur tlah tiba

Hore

Hore

Simpanlah tas dan buku simpankan keluh kesahmu…

Libur tlah tiba

Hatiku gembira…

Sungguh menyenangkan mendengarkan alunan lagu ciptaan At Mahmud. Lebih dari 700 lagu anak-anak yang diciptakannya. Lagu-lagu yang melenakan masa kecil kita. Mengingatkan akan hari-hari bahagia kita saat masih mengenakan seragam merah putih. Lagu Ambilkan Bulan, Pelangi-Pelangi, dan Libur Tlah Tiba, hanyalah beberapa contoh lagu karya AT. Mahmud yang tetap dikenang sepanjang masa. Lagu-lagu yang selalu dinyanyikan oleh anak-anak diera tahun 2000-an ke bawah.

Bagaimana dengan tahun 2000-an ke atas? Lagu anak-anak semakin tergilas dengan lagu-lagu dewasa yang juga ikut dikonsumsi oleh anak-anak. Lagu tanpa pesan moral yang sebenarnya tidak layak untuk dinyanyikan oleh anak-anak. Saat ini mungkin lagu Kuburan Band, Ungu, The Massiv, jauh lebih populer dikalangan anak-anak dibandingkan lagu pelangi-pelanginya AT Mahmud.

Dan sekarang di tengah krisisnya lagu anak-anak di Indonesia, salah satu seniman besar pencipta lagu anak-anak ”At Mahmud” harus dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Akankah ada yang menggantikan posisi AT Mahmud...? kembali mengembalikan masa-masa kecil anak-anak dengan semestinya. Mengembalikan keriangan anak-anak dengan lagu-lagu yang lebih cocok untuk mereka dengar...

*** Turut Berduka Cita atas meninggalnya Pak AT Mahmud, pencipta lagu Pelangi . Karya-karya indahmu tetap di hati kami.

Selasa, 04 Mei 2010

Menulis Surat Dinas


SURAT RESMI

Surat adalah bentuk komunikasi tertulis yang disampaikan untuk tujuan tertentu.

Berdasarkan bentuk dan tujuannya, secara umum surat dibedakan atas:

  1. surat pribadi

  2. surat resmi/dinas

  3. surat niaga/perdagangan

Surat pribadi aalah surat yang disampaikan dari seseorang kepada orang lain bersifat pribadi atau kekeluargaan.

Bagian-bagian surat pribadi:

  1. tempat dan tanggal surat

  2. alamat yang dituju

  3. pembuka/salam pembuka

  4. isi surat

  5. penutup surat

Surat resmi adalah surat yang disampaikan oleh suatu instansi/lembaga kepada seseorang atau lembaga/instansi lainnya.

Bagian-bagian surat resmi:

  1. kepala/kop surat, terdiri dari

    • nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf kapital/huruf besar

    • alamat instansi/lembaga, ditulis dengan variasi huruf besar dan kecil

    • logo instansi/lembaga

  2. nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan

  3. lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat

  4. hal, berupa garis besar isi surat

  5. tanggal surat (penulisan di sebelah kanan sejajar dengan nomor surat)

  6. alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada)

  7. pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma)

  8. isi surat

-Uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu, tempat, dan sebagainya ditulis dengan huruf kecil, terkecuali penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD) haruslah menyesuaikan.

9. penutup surat

10.penutup surat, berisi

- salam penutup

- jabatan

- tanda tangan

- nama (biasanya disertai nomor induk pegawai atau NIP)

11. tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan tentang adanya suatu kegiatan

Tugas !

Tulislah surat dinas berdasarkan komposisi yang ada di bawah ini

Tempat : Curup
Tanggal : 5 Mei 2010

Nomor : A/05/RM/XII/2010
Lampiran : 1 Halaman

Perihal : Peminjaman Sound System

Dituju untuk : Rektor Universitas Bengkulu

Rabu, 28 April 2010

Menentukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat


1. Pengertian Hikayat

Hikayat adalah karya sastra melayu lama yang berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, silsilah raja-raja, biografi, atau gabungan dari semuanya.

2. Ciri-ciri Hikayat

Ø Isi cerita berkisar pada tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris)

Ø Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum, ada juga yang menyebut fantastis

Ø Menggunakan banyak bahasa kiasan

Ø Banyak kata-kata yang sulit dipahami

Ø Struktur kalimatnya tidak efektif

3. Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik dalm Hikayat

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

1. Unsur Intrinsik

a) Tema dan Amanat

Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.

Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.

b) Tokoh dan Penokohan

Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).

Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalny6a baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.

Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita.

Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja. Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi. Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.

c) Alur dan Pengaluran

Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian :

(1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.

(2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.

(3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.

(4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.

(5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.

(6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.

Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya.

d) Latar dan Pelataran

Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.

e) Pusat Pengisahan

Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah privbadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.

2. Unsur Ekstrinsik

Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.

4. Contoh Hikayat

l Hikayat Bayan Budiman

l Hikayat Hang Tuah

l Hikayat Raja-raja Pasai

l HIkayat Panji Semirang

l HIkayat Kalila dan Dimna

l Hikayat Indera Bangsawan

l Hikayat Si Miskin

Catatan : Gambaran tentang tema, penokohan dan sudut pandang dalam Hikayat

n Tema : memahami tema dalam hikayat biasanya dominan mengenai petualangan, namun ada juga yang bertema tentang kepahlawanan dan ketuhanan.

n Penokohan : penokohan dalam hikayat biasanya bersifat hitam dan putih, artinya tokoh yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga akhri cerita, tokoh baik memiliki wajah yang sempurna dan tokoh jahat memiliki tampang yang sesuai dengan karakternya.

n Sudut pandang : pencerita biasanya menempatka diri sebagai orang ketiga, dengan menggunakan teknik diaan, menempatkan pencerita sebagai orang pertama hanya terdapat dalam hikayat Abdullah.


Unsur Intrinsik dalam hikayat Si Miskin

n Tema :Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan.

n Alur : Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan.

n Setting/ Latar :

-Setting Tempat : Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi Pantai Pulau Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Cahaya.

-Setting Suasana : tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan,

n Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.

n Amanat :

-Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.

-Janganlah mudah terpengaruh dengan kata-kata oran lain.

- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.

-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.

-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.

-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.

-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.

Unsur Ekstrinsik dalam Hikayat Si Miskin

1. Nilai Moral

l Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.

l Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.

2. Nilai Budaya

l Sebagai seorang anak kita harus menghormati orangtua.

l Hendaknya seorang anak dapat berbakti pada orang tua.

3. Nilai Sosial

l Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.

l Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.

l 4. Nilai Religius

n Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.

n Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.

5. Nilai Pendidikan

n Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.

n Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.

Tugas

Secara berkelompok carilah contoh hikayat

Analisislah hikayat tersebut (unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat)

Ceritakanlah kembali hikayat tersebut di depan teman kalian dengan menggunakan bahasa sendiri.

Jumat, 23 April 2010

Cerpen

BLANK

“kita sampai di sini saja. Bukan lelaki sepertimu yang aku cari.” Bian berbisik lirih tanpa berani menatap wajah membeku di depannya. Tangannya terkepal kuat menahan detak jantungnya yang berdetak kencang mencoba menggoyahkan irama dalam suaranya. Kelopak matanya luruh ke bawah menahan tetesan hujan yang mungkin akan turun melewati lereng pipinya. Kakinya gemetar menopang tubuhnya yang tidak sanggup lagi untuk berdiri disamping lelaki itu.

Ben, lelaki yang masih berdiri kaku di sampingnya, melayangkan pandangannya ke arah jalanan yang tetap ramai dilewati kendaraan yang berlalu lalang tanpa henti. Tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya. Garis keras di rahangnya masih tetap pada bentuk semula tanpa ada tanda-tanda bahwa ia akan bicara. Ia masih menunggu apalagi yang akan di sampaikan oleh gadisnya. Gadis yang sebentar lagi harus ia lepaskan.

“mungkin akan lebih baik jika kita mencari jalan hidup kita masing-masing. Aku takkan ikuti alurmu lagi, begitu pun engkau jangan lagi ikuti alurku.” Dengan gemetar tangannya meraih jemari tangan Ben. Ada rasa sakit tergores di hatinya. Sungguh jika bicara masalah cinta ia tak tega untuk menyakiti hati lelaki di sampingnya. Lelaki yang sejujurnya sangat ia sayangi. Tapi ia tahu meninggalkan lelaki inilah jalan terbaik untuknya. Inilah jalan hidupnya.dan ia juga yakin Ben akan menemukan orang yang lebih baik darinya. “Maafkan aku...” Bian berbisik tanpa daya. Ia meremas tangan lelaki yang masih berdiri membeku tanpa mau menatapnya. Matanya terpaku pada wajah lelaki di sampingnya. Sebentar lagi ia takkan menyaksikan wajah sempurna di sampingnya. Ia tak lagi boleh menyentil hidung mancung lelaki ini, dan ia takkan lagi tertawa bersama laki-laki ini. Bian menghapus tetes air mata yang mulai bergulir di pipinya. Kemudian melepaskan tangan ben dan beranjak pergi meninggalkannya.

Sesaat tubuh Ben mengejang kemudian bagai terbangun dari tidur panjang ia meraih lengan Bian. “Kenapa Bi..?”

“Kamu tahu jawabannya Ben...” jawab Bian tanpa menoleh. Kemudian menyentakkan lengannya dan melangkah pergi.

Hoam... Aku mengucek mataku yang sinarnya hanya tinggal lima watt. Kulirik jam weker di samping meja belajarku. Waktu menunjukkan pukul 23.45 WIB, sudah larut malam ternyata. Kemudian pandanganku beralih pada layar komputer yang masih menyala di depanku. Ini yang paling aku benci dalam menulis. Kalau nggak mati ide ya

kebanyakan ide. Jadi bingung memilih mana yang akan di tulis. Belum lagi pemilihan kata-kata yang terkadang serasa kurang pas.

Sebenarnya tugas ini sudah dari minggu lalu di berikan oleh Bapak Sukino dosen matak kuliah menulis Kreatif di kampusku. Akan tetapi sama seperti mahasiswa masa kini lainnya, yang mengerjakan tugas kuliah secara SKS alias Sistem Kebut Semalam, aku pun melakukan hal yang sama. Alhasil enam hari belakang aku menghabiskan waktu luangku dengan hanya bermain-main dan berkhayal tak tentu arah, dan di hari yang ketujuh aku keteteran mengerjakan tugas yang menumpuk.

Sebenarnya ini salahku sendiri terlalu menyepelekan tugas-tugas yang ada, terlalu menganggap enteng semua hal. Akibatnya malam ini mataku harus ekstra kuat menatap layar komputer yang terus berkedap-kedip meminta aku menuliskan rangkaian kata-kata pada program microsoft wordnya. Jika enam hari yang lalu aku tidur malam karena begadang dengan teman-temanku, maka malam ini mataku kembali begadang dengan komputer butut ini.

Hoam...lagi-lagi aku menguap. Suasana malam yang sepi ditambah dinginnya malam membuat aku semakin mengantuk. Kriuk..kriuk... Aku mendengar kokok ayam berbunyi nyaring dari dalam perutku. Astaga... Aku baru ingat kalau dari pagi tadi aku sama sekali belum makan sedikit pun. Dengan lunglai aku melangkah ke arah majic com terletak di sudut kiri kamarku. Tanganku meraih piring di rak mini di samping majic com. Kemudian dengan tak sabar membuka tutup majic, “oh tidak…” Tak ada sebutir nasi pun di sana. bukankah dari pagi tadi aku cuma duduk di depan komputer dan sama sekali tidak melakukan kegiatan yang lain selain dari menggerakkan keyboard dan mouse.

Aku mengucek-ucek mataku dengan tangan untuk menghilangkan kantuk yang melanda. Buku-buku berserakan di atas meja, kasur, dan lantai. Baju-baju kotor masih teronggok di sudut kamar, benar-benar seperti kapal pecah. Kriuk..kriuk… Perutku kembali berbunyi. Tanganku meraih cangkir lalu menyeduh segelas kopi. Lumayan untuk menghilangkan kantuk. Kemudian aku membuka kantung plastik yang tergantung di dinding kamar. Didalamnya kutemukan sebungkus indomie goreng, cukup sebagai pengganjal perut untuk sementara pikirku.

Dengan segelas kopi ditangan kanan dan sebungkus indomie mentah di tangan kiri aku kembali duduk di depan komputer. Semangat Leo...! aku menyemangati diriku sendiri. Dulu Apollo waktu pegi ke bulan juga hanya mengkonsumsi mie mentah. Dan dia bisa menaklukkan dunia. Slrup....aku menghirup cangkir berisi kopi. Kemudian kembali fokus ke komputer di depanku. Semangat...!

...“Seandainya aku terlahir sempurna mungkin aku tidak akan meninggalkanmu.“

Bian menggumam dalam hati. Hanya tuhan saja yang tahu betapa tersiksanya dia harus meninggalkan Ben. Satu-satunya lelaki yang mampu membuatnya bahagia dan satu-satunya lelaki yang mampu menghentikan pelayarannya selama ini. Di hati Ben lah ia berlabuh dengan lama. Bahkan seandainya ia bisa ingin selamanya ia berlabuh di hati lelaki yang memberikannya sejuta cinta.

Tapi seperti kapal, ada saatnya berlabuh ada saatnya berlayar. Pelabuhan ini hanya sementara, karena setiap saat ia harus siap berlayar kapan pun nahkoda menginginkannya. Dan sekarang nahkoda mengharuskannya untuk meninggalkan Ben. Berlayar dari hatinya dan bertolak di pelabuhan cinta itu. hidup itu penuh realitas yang menyakitkan. Untuk meraih cita-citanya ia harus realistis. Jangan sampai cintanya mengorbankan cita-cita yang telah ia perjuangkan sejak dahulu. Meninggalkan Ben bukanlah hal berat jika dibandingkan ia tidak bisa meraih impiannya. Akan ada pelabuhan yang lebih dari segalanya dibandingkan Ben. Walaupun mungkin tak seindah kilau cinta Ben.

Berlabuh pada lelaki baru yang sanggup memberikan semua yang ia minta. Membayar uang kuliah, makan dan hidupnya. Itulah yang ia cari dari lelaki di muka bumi ini. Cinta adalah hal terakhir yang ia butuhkan. Di kehidupan sekarang cinta bukanlah segalanya, tetapi uang lah yang menduduki peringkat utama dalam hidupnya. dan tentu saja lelaki itu bukan Ben. Ben tidak cukup kaya untuk semua itu. ben bisa membelikannya buku-buku pelajaran, tapi Ben tidak akan sanggup untuk ikut membiayai kuliah dan hidupnya. ia tahu itu. Ben tidak cukup kaya untuk semua itu. dan di balik semua itu ia tidak tega untuk terus-terusan menjadikannya yang kedua. Terus menancapkan belati di hati lelaki yang terlalu baik dan mengerti dia. Ia tak sanggup bersama lelaki lain dan membiarkan Ben menunggunya meluangkan sedikit waktu bahagia bersamanya. Cukup. Cukup sudah lelaki itu terluka karena menunggunya.

Seandainya ia bisa memilih, Ben lah pilihan hidupnya. tapi jalan ini masih panjang. Ia tak mau mengulangi kesalahan yang telah dilakukan oleh Ibunya di masa lalu. Karena memilih lelaki yang dicintai Ibunya menderita, ibunya hidup sudah dan ibunya menularkan derita itu padanya. Ia harus sukses. Bahkan dengan kemiskinan yang melandanya. Untuk itu ia harus menjerat para lelaki kaya yang bersedia membiayai hidupnya.

Melepaskan Ben sungguh keputusan terberat yang telah ia ambil. Tapi apa lagi pilihan yang bisa diambilnya. Jika sejak ia duduk di bangku SMA inilah pilihan yang telah ia ambil untuk terus bisa melanjutkan pendidikannya. Tak ada yang peduli padanya kecuali para lelaki kaya yang mampu ia jerat. Yang bisa memberikannya uang..uang..dan uang...

Malam semakin larut, tanganku masih terus menekan tuts-tuts di papan keyboard. Rasanya waktu 24 jam saat ini kurang. Ternyata menulis cerpen itu tidak mudah. Sulit...sangat....aku menggerutu dengan kosa kata yang terbalik. Uy... Payah sangat... Belum lagi menahan rasa kantuk yang terus menyerang. Seandainya tugas ini aku kerjakan dari beberapa hari yang lalu, mungkin sekarang aku tidak akan sepanik ini. Mungkin malam ini aku sudah bisa tidur dengan nyenyak ditemani boneka beruang kesayanganku.

Menulis itu adalah panggilan jiwa. Tidak setiap saat kita bisa menulis. Menurut Zawawi Imron salah seorang penyair yang pernah aku baca literaturnya menulis itu merupakan panggilan jiwa. Yang terpenting dalam menulis itu adalah kejujuran. Kejujuran yang bernilai estetik sehingga tulisan akan indah dan hidup. Ia tidak akan menulis jika tidak ada getaran batin dalam hatinya. Ia hanya akan menulis apa yang ia rasakan. Dan sejujurnya aku sendiri tidak terlalu mengerti maksud dari kata-kata penyair Zawawi Imron. Yang aku tahu saat ini aku benar-benar lelah, lapar dan kantuk menjadi satu dan aku harus mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah cerita malam ini juga. Kalau tidak aku akan masuk ke dalam daftar yang akan mendapatkan kopi pagi dari Bapak Kino selaku dosen mata kuliah Menulis Kreatif.

Walaupun menulis membutuhkan kejujuran estetik dan aku tahu saat ini aku benar-benar tidak memiliki minat untuk menulis tapi aku harus terus menulis, menulis dan menulis minimal tiga halaman. Setidaknya aku telah berusaha untuk tidak mencopi paste karya penulis lain. Dengan semua keterbatasan yang kumiliki aku terus berusaha mengerjakan sendiri. Walaupun alur dari cerita yang kutulis ini benar-benar tidak jelas.

Sejenak aku berhenti menekan papan keyboard di depanku. Aku menggerak-gerakkan kedua tanganku kekiri dan kekanan untuk menghilangkan pegal-pegal. Kemudian berdiri dan menggeliat sebentar menghilangkan kaku di seluruh tubuhku. Tanganku meraih cangkir kopi di atas meja. Ternyata sudah dingin. Karena malas bergerak aku minum saja kopi dingin itu. Lumayan untuk menghilangkan haus.

“Sudah Cukup Ben...Jangan buat semuanya semakin rumit. “ Bian menatap laki-laki di depannya. “Bi aja bisa ninggalin kamu, masa kamu nggak bisa…” lanjutnya lagi.

“aku sayang kamu Bi. Dan selamanya aku nggak akan ninggalin kamu sendiri. Aku tahu kamu butuh aku. Kamu perlu aku untuk menyempurnakan hidup kamu.” Ben menarik tubuh Bian dan mendekapnya penuh rasa sayang. Tangan kokohnya enggan untuk melepaskan gadisnya. Gadis yang terlanjur ia cintai dengan setulus jiwa. Mata kuyunya menatap penuh harapan pada gadis itu.

“Bi nggak bisa Ben. Bi butuh uang buat kuliah, buat makan, dan Bian nggak mau semua itu akan jadi beban buat Kamu. Bi nggak mau kamu terus nunggu Bian, terus bersabar untuk Bian. Bi nggak mau kamu terluka.” Bian mencoba untuk melepaskan dirinya dari dekapan tangan Ben.“Cuma para lelaki hidung belang yang bisa berikan semua itu buat Bian. Bi tahu jalan yang Bi pilih salah, tapi Bi tak punya daya untuk pergi dari jalan yang salah itu. Bi nggak mau nyakitin kamu terlalu dalam. Karena kamu bukan lelaki yang bisa berikan apa yang Bi butuhkan. Cinta kamu terlalu suci untuk orang seperti Bian“ gadis itu berbisik lirih. Pipinya yang putih merona kemerahan menahan genangan air mata yang mulai merembes keluar.

Ben diam. Bian juga diam. Ia menikmati dekapan Ben padanya. Mungkin untuk yang terakhir kalinya. Biarkan ia menikmati hangatnya cinta lelaki ini untuk terakhir kalinya. Lelaki yang mau menerima dia apa adanya disaat semua orang mencemoohnya. Lelaki yang tetap berdiri disampingnya meskipun tahu apa profesi sampingannya selain jadi mahasiswa. Lelaki yang percaya cinta itu milik semua orang.

Ia tidak munafik. Ia sangat menikmati kehadiran Ben disampingnya. Keangkuhannya luntur sejak lelaki itu di sampingnya. Rasa rendah diri karena apa yang digelutinya selama ini adalah hal yang hina mulai menghilang sejak lelaki itu ada disisinya. Tapi semakin lama bersama Ben, ia semakin merasa bersalah. Ia tahu walaupun Ben tak pernah berkata apa-apa tap ia tahu kalau lelaki itu terluka di saat ia bersama lelaki lain. Bayangkan, lelaki mana yang rela melihat kekasihnya bersama orang lain, dan bahkan mungkin melakukan sesuatu di balik kegelapan malam. Semua itu pasti terasa sangat menyakitkan.

Terlalu egois jika ia tetap bertahan di samping Ben. Lelaki itu berhak mendapatkan kebahagiaannya sendiri. Dan itu bukan bersamanya. Seperti ia yang tidak butuh Ben jika itu menyangkut materi yang ia cari ia membutuhkan lelaki lain. Ia membutuhkan lelaki yang bergelimang harta yang bisa memberinya kehidupan.

Hoam...waktu menunjukkan pukul 04.00 WIB menjelang dini hari. Sholat subuh, maghrib, dzuhur, hingga isya semuanya bolong. Aku benar-benar kelelahan. Lambungku terasa perih. Aku menyusuri baris-baris tulisanku di komputer. Oh my god, apa yang dari tadi kutulis. Benar-benar sebuah cerita yang memalukan. Mirip seperti kisah cinta di sinetron-sinetron yang sering ku saksikan di SCTV. Atau mungkin aku memang terobsesi dari salah satu kisahnya. Cerita yang sama persis dengan roman-roman yang sering kubaca. Tak ada nilai sosialnya sedikit pun. Dan cerita ini belum selesai. Aku kebingungan untuk menentukan endingnya. Happy endingkah, sad endingkah, atau...

Hoam...aku kembali menguap. Kelopak mataku benar-benar terasa berat. Seluruh badanku terasa kaku.

Allahuakbar...Allahuakbar...

AshaduAllah Illa Hailallah...

Suara azan shubuh bergema dari masjid di seberang jalan. Mataku semakin berat, aku menangkupkan kedua tanganku diatas meja untuk menopang kepalaku yang berdenyut. Pelan-pelan kesadaranku terasa menghilang, cerpenku belum selesai diedit. Ceritanya pun belum jelas ingin menyampaikan misi apa. Masih kabur seperti pandanganku yang juga mulai mengabur.

Hayya Alassholah..

Hayya Allafallah..

Qodqo matissholat..Qodqomatissolat..

Asllahuakbar...Allahuakbar...Laiilahaillah...

Suara iqomat terdengar sayup-sayup di telingaku. Dan kemudian hilang dalam alam pikiranku yang terlelap. Subuhku kembali lewat dan cerpenku pun tak tahu nasibnya. Hanya layar komputer yang berkedap-kedip menantikan keyboard kembali dimainkan oleh tuannya.

Rabu, 21 April 2010

Contoh Hikayat

Hikayat Si Miskin

Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.

Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.

Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”

Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.

Setelah genap bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih saying.

Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya. Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.

Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.

Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah Berantah.

Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.

Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.

Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.

Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.

Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.

Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.

Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.

Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.

Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).

Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.

(Sumber:Peristiwa Sastra Melayu Lama)

Selasa, 02 Februari 2010

Nilai

nilai...
A
B
C
D
E...
menangis, tertawa, tersenyum, miris...
darimana asalnya?
belajarkah? usaha sendiri secara objektif
ataukah simsalabim terampuh
dari para dosen pencetak nilai...