Kamis, 25 Juni 2015

SEPUCUK SURAT UNTUK CALON IMAMKU DI MASA DEPAN

Teruntuk seorang lelaki yang dari tulang rusuknyalah aku diciptakan. Kepada seorang nahkoda yang akan mengajakku berlayar mengarungi bahtera luas. Dengarkah sedikit guratan isi hatiku, sebelum nanti berlayar bersamamu di lautan luas. Calon Imamku, di mana pun engkau berada, Aku bukanlah wanita sempurna. Aku bukanlah sosok wanita ideal seperti wanita dalam film yang kau tonton atau yang kau bayangkan dalam dunia mimpimu. Tapi, aku adalah bidadari yang diciptakan oleh Tuhan untuk menemani hari-harimu dalam suka dan duka. Bidadari yang akan memberikan senyuman di setiap pagimu. Bukan bidadari bersayap dengan rupa jelita, tapi bidadari dengan wajah biasa yang akan membuat hidupmu luar biasa. Bidadari yang dengan segala kekurangannya akan menyempurnakan hidupmu. Calon Imamku, yang belum pernah kulihat rupamu, Aku tidak secantik Angelina Jolie ataupun semanis Tamara Blezinski. Jika yang kau cari adalah seorang wanita supermodel dengan tubuh tinggi semampai, kulit putih mulus, hidung mancung, bibir tipis, rambut panjang tergerai, dan bersuara merdu, itu bukanlah aku. Tapi... Jika kau berharap mendapatkan seorang pendamping yang sederhana, seorang wanita yang sedang berusaha mempercantik akhlaknya, berusaha untuk menjaga kehormatan diri, belajar untuk menutup auratnya, InsyaAllah, aku bisa untuk berusaha menjadi wanita yang cantik akhlaknya, seperti kecantikan akhlak Aisyah istri Baginda Nabi Muhammad SAW. Aku bukanlah wanita dengan kekayaan keluarga yang berlimpah. Jika yang kau cari adalah wanita kaya, dengan sedih kukatakan aku bukanlah wanita itu. Aku terlahir dari keluarga sederhana yang terbiasa mandiri untuk meraih impian dan menggapai cita-cita. Tapi jika kau cari seorang wanita yang akan dengan sekuat tenaga mendukung segala mimpi dan impianmu, seperti dukungan Fatimah kepada Ali bin Abi Thalib, aku akan berusaha menjadi wanita itu. Percayalah, aku tidak menginginkan kau harus kaya raya, tapi cukupkah kau orang yang mau berusaha. Cukup kau kaya hati, itu saja yang kuminta. Calon Imamku, tempat aku berbakti nantinya, Aku bukanlah wanita soleha. Jika yang kau cari seorang wanita yang tak pernah bernoda, aku bukanlah wanita itu. Sesungguhnya aku memiliki banyak cela. Aku bukanlah jambangan dalam etalase berkaca. Aku hanyalah seorang wanita yang berusaha untuk menjadi soleha. Seorang wanita yang sedang berusaha untuk terus memperbaiki dirinya. Seorang wanita yang sedang belajar dari kebaikan hatinya Bunda Khadijah istri Nabi Muhammad SAW. Aku bukanlah wanita baik-baik... Banyak sekali dosa yang telah kulakukan di masa lalu. Bahkan penyesalan pun takkan cukup untuk menghapus segala dosa yang pernah kuperbuat. Aku hanyalah seorang wanita yang sedang berusaha untuk menjadi baik di mata Allah. Hari demi hari yang kulalui kini hanyalah untuk terus terus memantaskan diri. Belajar dari kebaikan hati Bunda Khadijah, kelembutan hati Aisyah, kesabaran Fatimah, dan ketegaran Bunda Maryam.. karena aku percaya “lelaki yang baik diciptakan untuk perempuan yang baik-baik juga.” Calon imamku, yang insyaAllah dilindungi oleh Allah, Aku tidak berharap kau adalah lelaki dengan masa lalu yang baik, Aku tidak berharap kau adalah lelaki yang tidak pernah berbuat dosa, Aku tidak juga berharap kau adalah lelaki yang kaya harta, Tidak juga aku berharap kau lelaki dengan jabatan sempurna, Aku tidak perduli dengan semua itu... Sekelam apapun masa lalumu, aku tetap ingin bersamamu, Sebanyak apapun dosa yang pernah kau perbuat aku tak peduli Aku juga tidak peduli jika kau tidak kaya dan tidak rupawan... Aku hanya berharap engkau sekarang sedang berusaha untuk menjadi lebih baik, berusaha untuk menjadi calon imam yang baik untukku di masa depan. Aku hanya berharap engkau sedang bekerja keras untuk hari depan kita yang lebih baik. Seorang lelaki yang terus belajar dan berusaha untuk menjadi sholeh. Karena aku percaya jika kita bersama dengan segala kekurangan kita, semuanya akan menjadi sempurna. Untuk calon imamku di masa depan, Jika kau bisa terima diriku ini apa adanya, sebagaimana aku menerima kekurangan dan kelebihanmu dengan segenap hatiku, maka kita akan berlayar mengarungi bahtera. Kepadamu akan aku serahkan cinta dan kasih. Berdua kita saling mencintai karena Allah. Berdua kita akan terus belajar, belajar, belajar, memperbaiki diri. Bukan untuk terlihat baik dan pantas di mata manusia, tapi untuk terlihat baik dan pantas di mata Tuhan. Berdua kita arungi bahtera untuk menggapai ridho-Nya... amin... (Lia Ruslan)